Rabu, 18 Januari 2012

Dibalik: Hujan


Hujan sering menghalangi keberangkatan, meluluhkan niat, membuat kebekuan pikiran lalu mengeluh, "Yah hujan lagi~". Setiap hari akan hujan datang, bahkan aku rindu dengan sore yang hangat cerah tanpa hujan dapat berjalan-jalan sesenang hati, kataku, "Kapan hari cerah~"
Jika aku di negara api hujan adalah nikmat, mendinginkan reaksi-reaksi otak yang berlebihan, membuat suasana sedikit mendingin menyenangkan tak perlu menyalakan kipas dan kesempatan memakai selimut, ku berkata, "Enak ya hujan~" Senyum gembira.
Sekarang domisili ku agak berubah dengan keadaan hampir setiap hari menjadi penjaga markas yang tak punya kendaraan sendiri untuk berpindah tempat hujan selalu menghalangiku pergi, membuatku berselimut tebal bagai dadar gulung, menjadikan cucianku tak kering-kering, kataku, "Hujannya kok gak mandek-mandek seh~"

Jika aku berusaha dan itu gagal karena kekurangan dan kesalahanku tak apalah aku mengerti, di setiap kegagalan memiliki hikmah tersendiri. Tapi seringkali ketika kau menata semunya dengan rapi, ceria dan kering tiba-tiba hujan datang merubah keadaan yang bahkan tak dapat ku tahu kapan dia datang kapan dia berhenti, rasanya luluh dalam hujan. Keadaan seperti itu sering membuatku menangis tidak hanya hujan seperti sakitnya seseorang, percikan dan kehilangan. Hal yang tak bisa dikendalikan oleh diri dan hanya Yang Maha Kuasa yang dapat mengendalikannya dan itu berbeda dengan kegagalan setelah berusaha.

ingat beliau berkata, " Alhamdulillah hujan"
"klo gak hujan, payung barunya gak bakal dipakai" batinku