Minggu tenang ini sedikit berbeda, terlalu tenang dengan guyuran hujan dan banyak tidur siang (sungguh g berguna). Hingga diriku terlena dengan tugas "berimajinasi" tentang Apotek impian mu (oh tidak tugas apalagi itu) mungkin jika berimajinasi aku bisa kemana-mana tapi memulai menulis sungguh enggan.
Kamis 29 Desember 2011 itu adalah perjanjian kami mengumpulkan tugas tersebut. Maka aku harus kembali banting setir kehidupan ke Negara Api. Pagi-pagi setelah tidur malam yang panjang, aku terbangun dan berfikir, "Aku harus packing harus cepet-cepet, ntar gak dapet tiket". Secara otomatis kekuatan kepepet pun datang mandi cepat, beres-beres cepat dan otak berfikir cepet. Eh tapi ada yang lupa? aku kan belum garap tugasnya apa yang mau dikumpulin.. (ini dia masalah besar)
Kereta berangkat jam 06.45 maka aku harus berangkat setengah 6 atau jam 6 jika memungkinkan mendapat tiket. Tapi aku belum garap tugas, ya udah garap tugas dulu, buka lepi (yang ada krepekan pdf nya) buka kertas folio dan mulailah menulis dan berfikir. Di tengah rasa takut akan gak dapat tiket ibuk ku berkata, "Ngapain seh berangkat pagi-pagi?ibuk masakno rawon iki lo" wah itu ide bagus semakin membuatku malas kembali ke Negara Api. Aku menjawab "Tapi aku harus ngumpulno tugas buk" dengan wajah memelas dan meneruskan perkataan "Tapi aku gurung garap tugase". Dengan wajah heran ibuk ku justru menjawab " La lapo ae wingi-wingin nganggur nang omah?" kata-kata itu menohokku. Tapi menenangkanku untuk ikut kereta berikutnya yaitu jam 09.45 dan menyelesaikan menulis sambil melobi Komting kelas agar tidak mengumpulkan hari itu.
Jam stengah 9 selesai sudah tugas "berimajinasi" itu yang ku beri judul "Apotek dan Klinik Women Health", langsung aku turun dengan membawa banyak barang berguna yang tak jadi berguna (buku dan printout slide) ke dalam mobil. Alhamdulillah bapak masih mau mengantarkan.
Sampai di stasiun kira-kira jam 9 dari luar saja sudah terlihat penuh. Aku sudah tak ada harapan dengan tiket dan memberi ide Bapak ku untuk menunggu ku jika aku gak dapat tiket. Aku menyerobot antrian pendek loket tiket kereta penataran (jangan ditiru) membiarkan bule di belakangku speechless. "Mbak Surabaya yang jam 10 ada?" tanyaku pada petugas loket. " Habis mbak, adanya tinggal yang jam 1, mau mbak?" tanya petugas padaku, sungguh aku bingung. " Ya wes mbak, yang jam 1 satu ya mbak" aku memberi uang. Tapi kemudian aku kembali keluar stasiun dan berfikir kemana aku hingga jam 1. Aku kembali ke tempat parkit mobil. " Pak dapetnya yang jam 1?" aku berkata pada bapak. " La sampe jam 1 mau ngapain?ikut ke kantor bapak tah?" jawab bapak dan itu ide cukup bagus. Kereta jam 1 akan datang di Surabaya minimal jam 3 belum molornya belum ke koznya tidak terlalu sore kah Komting menungguku untuk sebuah tugas jangan-jangan nanti Bu Dosen sudah pulang.
"Cari tiket ke stasiun Blimbing Pak!!" aku mengajak bapak mencari tiket ke stasiung Blimbing. "Bapak gak tau tempatnya?" alih alih berdalih bapak berkata begitu. "Dekete Sabilillah" jawabku. Ah sudahlah kami pun melanjutkan perjalanan ke stasiun Blimbing. Hingga kami sampai di stasiun tersebut.
Loketnya belum dibuka ternyata dan kira-kira ada 15 orang menunggu loket tersebut dibuka. Tapi stasiun ini memiliki nuansa yang berbeda dengan stasiun Kota baru. Aku baca berbagai pengumuman di sana dan bertanya mencari informasi pada seorang ibu yang terlihat berpengalaman.Ternyata stasiun Blimbing tidak menjual tiket dengan tempat duduk, hanya tiket hijau dengan keterangan berdiri. Dan bila mana kereta penuh sudah dari stasiun yang lalu ada kemungkinan bahwa Stasiun Blimbing tidak dapat menjual tiketnya. Loket dibuka 15 menit sebelum kereta datang. Aku memberikan info pada Bapak dan sudah diputuskan bahwa aku membeli atau menukar tiket dan naik dari stasiun Blimbing. Bapak pun pergi ke kantor.
09.45 Loket di buka. Aku berfikir ulang akan menukar tiket atau membeli tiket. Baiklah aku membeli tiket saja kasihan stasiunnya itulah pikiranku. Sekitar jam 10 lebih sedikit kereta datang dan aku naik dengan Heroik (karna tinggi tanpa undakan) mencari tempat kosong dan berdoa semoga aku tidak di usir.
Hingga perjalanan panjang dan tidur panjang menuju Negara Api. Aku sadar bahwa tiket tidak di periksa benar sekali perkataan ibu itu. Mending tadi gak beli tiket. Tapi Alhamdulillah bisa sampai Negara Api dengan selamat.
Untuk merayakan itu aku membeli bakso di dekat stasiun untuk energi membawa barang-barang beratku dengan berjalan menuju kost. Sampai Kost aku Sholat Dhuhur dan ganti baju yang basah keringat lalu langsung ke kampus mengumpulkan selembar tugasku.
Dan ternyata oh ternyata aku adalah orang yang terakhir mengumpulkan tugas tersebut. Hoah akhirnya aku berhasil ^__^
"Yang penting mengumpulkan tugas bener apa salahnya itu urusan lain" kata-kata itu menggerakkan ku untuk Mengumpulkan tugas: Mencari Tiket