Sabtu, 26 November 2011

iba

not ordinary oranges...


Pernahkah iba datang pada dirimu, tidak untuk orang miskin tidak untuk orang yang kehilangan tapi untuk seorang pembohong?


Dirinya seperti penuh rahasia sayangnya bukan rahasia yang indah, rahasia yang akan menjadi buah bibir. Diamlah benar atau salah rahasia tersebut hanya kamu dan Tuhan yang tahu, buah bibir hanyalah dosa gonjang-ganjing tebak menebak tanpa tau asal muasal terjadi.
Rahasia yang ditutupi dengan kebohongan akan lebih mudah terendus daripada rahasia yang dikunci rapat. Maka tutuplah mulutmu dan simpan rahasiamu.


Tertegun dengan banyak kejadian baru ini, membuat gurauan kasar nyelekit pasti, sayang orangnya tak ada. Tapi celekitan itu juga bukan hal yang patut dibenarkan. Walaupun begitu kalian juga pernah beriang canda dengan dirinya bukan? memusuhinya bukan hal terbaik yang bisa dilakukan.


Mungkin itu juga salah lingkungan karna melaju lebih cepat dan tak menghirau dirinya yang tertinggal. Mungkin juga itu salah hati ini yang selalu melihat buruk padanya. Mungkin juga itu salah dirinya karna dapat mengevaluasi diri.


Tapi apapun salah siapa itu, bukannya saat ini adalah saat untuk membenarkan apa yang salah? memperbaikinya jadi lebih indah?


Bayangkan jika kau jadi dirinya? mendengar kasak kusuk dibelakang? melihat semua menghindar menyalahkan sungguh tak ada yang bisa dipercaya lagi bagi dirinya


Memang kebenaran harus ditegakkan agar adanya sebuah pelajaran. Belas kasihan tak akan menghalangi suatu kebenaran yang wajib diungkap. Tapi semoga benar suatu pelajaranlah yang didapat bagi dirinya.


Semoga kejadian-kejadian di perjalanan ini membuat saya, kita bahkan terlebih dirinya menjadi lebih dewasa menghadapi suatu masalah.

Mimpi dan Ambisi

not ordinary oranges...


Beberapa hari ini sering saya berfikir dan mengamati perilaku orang orang disekitar saya. Menganalisis tiada benar atau hanya pikiran negatif saya. Saya tak menyalahkan juga saya hanya menganalisis dalam sebungkah otak kecil saya ini.
Saya berfikir setelah analisis dan diskusi kecil dengan teman. Mengaca pada kaca temaram diri saya, tidak untuk berbedak palsu tapi lebih pada mencari apa yang saya inginkan di sini?
Ketika teman sudah berlari mengejar mimpi, meraih mimpi, merubah diri, mengambisikan diri. Saya selalu merasa stagnan diam sendiri, tak meraih seperti apa yang diraih orang lain.
Saya tak berambisi, tak untuk yang muluk-muluk saya hanya ingin menjadi sederhana dan ala kadarnya bukan menjadi yang terbaik.
Saya berusaha untuk ada di jalan tersebut idealisme saya, tidak untuk mencari sesuatu yang berlebih tapi hanya cukup. Sungguh saya takut jika memiliki berlebih itu akan menjadi sombong dan bangga.
Kadang kala saya menghela nafas, memilih menyimpan takutnya ambisi melihat orang lain meraih ambisinya dengan rasa heran. Ambisi samakah dengan Serakah?
Meraih mimpi tak harus dengan ambisi bukan, haus akan mimpi dan usaha, bagi saya seperti orang yang lapar dan makan sebanyak-banyaknya untuk memasukkan dalam perutnya yang besar untuk melakukan aktivitasnya nanti.
Kacau sudah pola pikir saya ini mungkin. Dari mata saya melihat satu per satu orang akan menjadi "ambisi" itu bahkan si pendiam, atau si periang apalagi dipengaruhi oleh banyak lingkungan yang ambisi itu.


ketika gelap mata akan ambisi tujuanmu meraih mimpi akan semakin temaram terbelokkan oleh ambisi yang meluap...

Minggu, 06 November 2011

curhatan semester 5

not ordinary oranges...



Tiga minggu sudah semester 5 terjalanai
Lelah dan jenuh berlari dan terjungkal
Dua puluh empat jam tujuh hari seminggu tidaklah cukup
Otak diperas fisik dikerahkan
Tidur adalah nikmat
Senyum merupakan emosi penyemangat
Tapi tak ingin berhenti
Ingin semester 5 selesai
Walau baru dimulai

Apakah hanya saya?
Atau semua?

Jika semua merasakan
yang berbeda nanti hanyalah Respon dari rasa

Apakah saya akan tetap melempem seperti kerupuk
Apakah saya harus renyah bagai keripik

Saya sadar aka kebiasaan-kebiasaan buruk saya
Tapi dengan bodoh saya tak mampu mengatur diri saya
Larut dalam lelah yang terlalu dipanjang-panjangkan
Mengendap dalam jenuh yang dibuat-buat

Tapi setiap hari adalah semangat baru
menjalani tugas dan pelajaran baru
dan di akhiri dengan lelah yang baru
harusnya senyum syukur yang baru

Mungkin saya buta
Buta kan syukur waktu dan kesempatan

Saya tak berambisi banyak untuk ABCD
Saya hanya ingin menjalaninya dengan baik
Tapi saya tak pernah memberikan terbaik
Terkurung dalam persepsi belaka dan kesenangan semu

Apapun jadinya nanti saya berharap
Saya akan menjadi insan yang lebih baik
dapat melewati suatu tahap pembelajaran


terimakasih untuk ilmu dan kesempatan yang kau berikan Ya Allah ... :D (pray)