Semester 6 lalu adalah musimnya praktikum memakai hewan coba. Ada dua praktikum yang menggunakan hewan coba yaitu Farmakokinetik (Farkin) dan Farmakologi II (Farkol). Ehm ok akan saya ceritakan kisah kedua praktikum ini:
Praktikum Farmakokinetik
Praktikum Farkin ada 3 topik yaitu simulasi, data darah dan data urine. Simulasi meggunakan model bejana, data darah menggunakan hewan coba kelinci dan data urine menggunakan sampel urine manusia (teman sendiri). Praktikum data darah inilah yang memakan korban kelinci. Sebenarnya prosedur yang digunakan tidak akan membuat kelinci meninggal jika dilakukan dengan benar. Hanya manusia dapat menyimpang dari prosedurkan?
Praktikum data darah dibagi menjadi 3 yaitu minggu pertama pembuatan kurva baku tanpa darah, minggu kedua pembuatan recovery menggunakan darah, minggu ketiga pengambilan sampel. Minggu pertama berjalan dengan lancar karena korban (kelinci) belum digunakan. Minggu kedua adalah bencana bagi kelompok kami.
Kelompok Farkin saya terdiri dari, saya, Vivin, Ria dan Tony. Tony sang lelaki satu-satunya sebagai pengambil darah kelinci dan pengantar kelinci dari kandang ke lab. Awalnya kelompok saya ini melakukan praktikum kecepatan yang konstan dan bagus (biasanya tidak begitu). Tony mengambil kelinci ke kandang dan membawanya ke lab. Kelincipun diambil menggunakan kotak biru, dengan posisi kelinci badan ada di dalam dan kepala ada di luar.
Kelinci ini saya beri nama Ciripa, agar adalah kelinci yang agresif yang suka memutar-mutar kepala dan badan, yang pada dasarnya akan menyakiti dirinya sendiri. Tapi kelinci ini punya vena marginal di telinga yang terlihat jelas sehingga memudahkan mengambil darah. Karena itulah ciripa adalah kelinci hebat.
Praktikum berjalan hingga pengukuran sampel pada spektro, dan setelah praktikum yang melelahkan seperti itu siapapun menginginkan keberhasilan.
Dan ternyata data yang kami hasilkan sangat-sangat janggal.Kami runtut kesalahan kami dari awal, kesalahan kami adalah kesalahan pembuatan baku kerja yang menyebabkan data menjadi tidak linier. Maka dosenpun menyarankan untuk mengulang.
Walupun lelah kami ulang semua, pikir kami tidak ada waktu lain begitu. Jadi kami membuat semua dari awal kali ini dengan lebih hati-hati dan cepat. Tapi timbul masalah baru bahwa pereksi yang dibuat dibagi perkelompok habis, maka kami mencari-cari perekasi dan mendapat sumbangan dari berbagai teman. Tony mengambil Ciripa lagi, darah diambil lagi, dan hingga saat itu semua berjalan dengan lancar. Hingga pemberian pereaksi naftil yang harusnya memberikan warna ungu. Ternyata baku recovery yang kami buat tidak menghasilkan warna. Putus asa sudah rasanya. Kami berkonsultasi dengan dosen dan akhirnya itu adalah kesalahan pereaksi, mungkin pereaksi yang diberikan teman-teman kami adalah salah. Dan sungguh itu hari terlelah praktikum dari jam 7 hingga jam 4 tanpa sarapan dan makan siang. Hingga semua bersorak sorai bertanya "sudah selesai praktikumnya?" maka dengan bercanda aku menyalahkan Ciripa....
Esoknya kami akan memulai lagi praktikum setelah kuliah pagi. Kali ini saya minta doa orang tua agar praktikumnya lancar. Ternyata pak laboran meberi kami kelinci baru, karena ciripa telah diambil darahnya 2 kali kemarin. Kelinci baru ini diberi nama New Ciripa. Karena hari itu sebenarnya bukan hari praktikum kelas aku harus mengemis-ngemis meminta sisa-sisa pereaksi. Kali ini target kami adalah bekerja dengan teliti. Yang pertama kali kami buat adalah kurva baku recovery dengan penambahan darah New Ciripa. Kali ini buka Tony yang mengambil darah kelinci melainkan bapak laboran dan bu dosen yang kasihan melihat kami berkali-kali gagal praktikum. New ciripa ini adalah kelinci yang diam tapi susah diambil darahnya bahkan kami hampir menyerah karenanya.
Praktikum berjalan lancar hingga kami diberi hasil kurva baku recovery yang bagus, dan lanjut pula ke kurva baku hingga akhir. Syukur Alhamdulillah kali ini lancar. Setelahnya praktikum kami selesai dan kami beres-beres. Tony pun mengambil kelinci yang masih di taruh di kandang biru di bawah meja, dan ternyata kelinci itu tidak bergerak diam seperti boneka. Huwa... kelincinya mati. Kami pun lapor ke bapak laboran. dan bapak laboran mengecek kelinci mati tersebut dan mengangkatnya dengan spontan terasa ngeri menjalar ke sekujur tubuh. Gimana nih.. padahal tadi kelincinya kayake sehat-sehat aja deh..... Sedih rasanya praktikum kami diikuti oleh kematian seekor kelinci. Bagaimana aku harus berekspresi aku juga tak tahu. Maka semua berduka atas kematian New Ciripa.
Praktikum Farmakologi 2 yaitu Anestesi Kelinci.
Kali ini Kelinci di Anestesi dengan penetesan Eter pada corong yang di pasang pada moncong kelinci kemudian dilihat perkembangan tiap fase dengan beberapa tes. Karena praktikum ini dengan kelompok dengan anggota kelompok yang banyak, kelinci justru digerumbuli mahasiswa dan semakin tidak nyaman. Apalagi tes yang dilakukan adalah menyakiti kelinci.
Karena aku trauma dengan kejadian kematian kelinci kemarin, maka kali ini aku hanya akan menjadi penonton saja dan melakukan tugas-tugas yang ringan saja.
Tapi praktikum tidak berjalan lancar, guru pembimbing dinilai tidak memberikan penjelasan yang matang, dan kami juga belum termapil melakukan hal tersebut. Hasilnya kelinci hanya berkali kali masuk ke Fase I, Fase II kadang bahkan terbangun lagi karena kami tidak menetesi Eter dengan konstan. Benar-benar praktikum yang membingungkan. Hingga kami tak tahu suda ter-anestesi seberapa jauh kelinci tersebut, hingga kami liat matanya yang sudah tak punya reflek kornea, dan justru kami menjerit dan tidak melepaskan corong pada moncong kelinci. Dan aku hanya melihat saja jongkok di pojokan kelas karena ketakutan melihat proses kematian kelinci itu. Saking takutnya rasanya pengen nangis >.< merasa sangat bersalah pada kelinci yang lemas dan mati. Lalu kami satu kelompok berdoa bersama di depan kelinci tersebut, mendoakannya agar kelinci tidak menentut kita di akhirat.
Sekali lagi mengapa harus kelompok ku lagi yang menjadi korban?
Maafkan kecerobohan kami, maafkan kelalaian kami.... maafkan dan tolong maafkan..
Dan kelinci taukah kamu bahwa hal tersebut menjadi tonggak berharga bahwa kami sadar harus memperlakukan hewan coba dengan baik sama dengan memperlakukan kuvet dan barang pecah belah mahal lainnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar